Abu
Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dari A’isyah dari Rasulullah saww beliau
bersabda:
“Al-Mahdi
dari itrah-ku, dia berperang atas sunahku sebagaimana saya berperang atas
wahyu.”
Imam
Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan sekelompok Ulama
lain meriwayatkan dari
Ummul
Mu’minin Ummu Salamah r a. Bahwa Nabi saww bersabda:
“Al-Mahdi
dari ‘Itrahku dan putra Fathimah. “
Komentar
Ulama Ahlusunah Tentang Kemutawatiran Hadis Kedatangan Imam Mahdi a s Ibnu Hajar
al-Asqallani berkata:
“Telah
mutawatir berita (hadis) bahwa Mahdi adalah dari umat ini dan sesungguhnya
(Nabi) Isa putra Maryam akan turun dan salat di belakangnya"
Asy-Syaukani
dalam risalahnya yang berjudul at-Taudhih fi Tawaturi Ma Ja'a fi al-Mahdi
al-Muntadzar wa al-Masih 70 berkata:
“Dan
Hadis yang datang tentang Mahdi yang dapat ditemukan adalah lima puluh hadis,
ada yang shahih, hasan dan dhaif yang tertolong, dan ia mutawatir tanpa
diragukan.”
Abdul
Aziz bin Baz rektor Universitas Madinah Al-Munawarah berkata seperti dimuat di
majalah al-Jami’ah al-Islamiyah, no. 3, hal 161 - 162 :
“Sesungguhnya
masalah al-Mahdi merupakan masalah yang menjadi pengetahuan umum, dan
hadits-hadits mengenainya banyak sekali, bahkan mutawatir. Hadits-hadits itu
menunjukkan bahwa munculannya tokoh yang dijanjikan ini merupakan suatu perkara
yang telah tetap (kebenarannya yang tidak bisa diragukan lagi), dan
kemunculannya adalah benar.
Seorang
dosen dalam Universitas tersebut bernama Ustad Syeh Abdul Muhsin Al-Ibad dalam
bukunya :
Muhadharah
haula al-imam Al-Mahdi wa At-Ta'liq 'Alaiha, hal. 26, yang juga disampaikan
dalam kuliahnya yang berjudul
"Akidah
Ahlus Sunnah dan Atsar tentang Al-Mahdi Al-Muntadhar sbb: Jumlah yang saya
ketahui dari nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi dari
Rasulullah S A W, adalah 26 orang"
{Di
antara kitab kitab Ulama Ahlussunah yang menyebut sejarah para Imam atau bahkan
dikarang khusus tentang sejarah hidup mereka ialah: al-Fushuul al-Muhimmah;
Ibnu Shabbagh al-Maliki, ash-Shawaiq al-Muhriqah; Ibnu Hajar al-Haitsami, pada
bab 11, Nuuur al-Abshar fi Manaqib Aal an-Nabi al-Mukhtaar; Syeikh
asy-Syablanji dan Is'aaf ar-Raghibiin; Ibnu Shabban.}
ULAMA
AHLU SUNNAH PUN MEYAKINI BAHWA IMAM MAHDI (afs) ADALAH PUTRA IMAM HASAN ASKARI
:
1.
Al-Quthb asy-Sya’rani berkata dalam kitab al-Yawaqid wa alJawahir: Al-Mahdi
adalah putra Imam Hasan al-Askari dan keturunan Imam Husain, kelahirannya pada
malam pertengahan bulan Sya’baan tahun 255H. Beliau akan tetap hidup hingga
berkumpul dengan Nabi Isa putra Maryam a s, demikian diberitakan kepada kami
oleh Syeikh Hasan al-Iraqi yang dikebumikan di Mesir dan pendapat itu disetujui
oleh tuanku Ali Al-Khawaash.
2.’Izzuddin
bin Atsir (wafat 630 H.) ketika menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
tahun 260 H. menulis: “Abu Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232
H. dan wafat pada tahun 260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah
dengan “al-muntazhar”.
3.
’Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis:
“Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari
dan imam kesebelas dari dua belas imam serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang
menghilang di sirdab (ruang bawah tanah yang dimiliki oleh mayoritas
rumah-rumah di Timur Tengah--pen.) dan lahir pada tahun 255 H.”.
4.
Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat 974 H.) dalam kitab
Ash-Shawaa’iqul Muhriqah.
5.
Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh Al-Maliki (wafat 855 H.).
6.
Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat 1019 H.) dalam kitab Akhbaarud
Duwal wa Atsaaru Uwal.
7.
Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.)
dalam buku Kifaayatut Thaalib.
8. Syaikh Muhyiddin IBN ARABI seorang SUFI BESAR dan terkenal dalam ahlu Sunnah waljama'ah di dalam kitab Al-Futuhat mangatakan :
”Ketahuilah
Bahwa Al-Mahdi a. s. itu mesti keluar, namun tidak akan keluar kecuali apabila dunia
sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan kezaliman itu dan
menggantikan dengan keadilan. Dia berasal dari keturunan Rasulullah S A W dari
putra Fathimah r. a. Kakeknya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib, dan ayahnya
adalah Imam Hasan Al-Askari bin Imam Ali Al-Naqi bin Imam Muhammad Al-Taqi bin
Imam Ali Al-Ridha bin Imam Musa Al-Kazhim bin Imam Jakfar Ashshadiq bin Imam
Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Imam Ali bin
Abi Thalib r.a.
HADITS
HADITS TENTANG IMAM MAHDI (afs )
A.Nabi
saww bersabda :
“dunia
ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan bangsa arab yang
namanya sama denganku muncul”
(Shahih
Tirmidzi, jld 9, hal 74)
B.Rasulullah
saww bersabda:
“meskipun
masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari
kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk
menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai
dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan
sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya”
(Shahih
Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq
al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)
C.Ummu
salamah ra mengutip Rasulullah saww bersabda
“Mahdi
adalah dari ahlulbaytku dan keturunan Fathimah as”
(Sunan
Ibnu Majah, kitab al-fitan, vol 2, hal 1368, no. 4076; Sunan Abi dawud, kitab
al-mahdi, no. 3735)
C.
Di riwayatkan oleh Qunduzi dalam kitabnya Yanabi al-mawaddah dari sanad
Abu sa’id alkhudri berkata:
“Rasulullah
sakit keras. Fathimah mendatanginya ketika aku sedang berada disana. Melihat
Rasulullah saww yang lemah, Fathimah menangis tersedak. Rasulullah pun menepuk
pundak Husain dan berkata
“Mahdi
adalah dari keturunan Husain. Salam atasnya semua”
(
Yanabi al-mawaddah vol 3, hal 394)
128
(seratus dua puluh delapan) Ulama Ahlusunah telah meyakini kelahiran Imam Mahdi
as.
Di
bawah ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:
1.Muhammad
bin Harun Abu Bakar ar-Rauyani (w. 307 H) dalam kitabnya al-Musnad.
2.Abu
Nu’aim aI-Ishfahani (w. 430H) dalam kitabnya al-Arba’in haditsan fi al-Mahdi.
3.Ahmad
Bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Syu’ab al-Iman.
4.Al-Khawarizmi
al-Hanafi (w. 568 H) dalam Maqtal al-Imam al-Husain.
5.Muhyiddin
Ibn al-Arabi (w. 638 H) dalam al-Futuhat alMakkiyah, bab 366 dalam pembahasan
65, sebagaimana disebut dalam Yawaqit wa al-Jawahir oleh asy-Sya’rani.
6.Kamaluddin
Muhammad bin Thalhah asy-Syafi'iy (w. 652 H) dalam Mathalib as-Su'ul.
7.Sibth
Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 654 H) dalam Tadzkirah-alKhawash.
8.Muhammad
bin Yusuf al-Kunji asy-Syafi’i (terbunuh tahun 658 H) dalam kitabnya Kifayah
ath-Thalib.
9.Al-Juwaini
al-Hamawaini asy-Syafi’i (w. 732 H) dalam Fara’id as-Simthain: 2337.
10.Nuruddin
Ibnu Shabbagh al-Maliki (w. 855 H) dalam al-Fushul al-Muhimmah.71
11.A1-Quthb
asy-Sya’raani, sebagaimana dinukil dalam Nuur alAbshar (187).
12.Syeikh
Sahan al-Iraqi, sebagaimana dinukil dalan Nuur al-Abshar.
13.Syeikh
Ali al-Khawash, sebagaimana disebutkan oleh al-Quthb asy-Sya’rani.
14.Syeikh
asy-Syablanji dalam Nuur al-Abshar.
15.Ibnu
Hajar al-Haitsami al-Makki (974 H) dalam ash-Shawaiq.
PENUTUP
Imam
Mahdi (afs) dalam Al Qur'an........:
Ayat
pertama
وَ
لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها
عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah
SWT berfirman:
“Dan
sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan
diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”(Anbiya’; 105)
Imam
Muhammad Al-Baqir a.s. bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris
bumi yang tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan
bangkit di akhir zaman.”
Syekh
Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis Nabi
yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahli Sunah yang menjelaskan dan menguatkan
riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia
dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan
memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku
bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah
dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain
Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak
tentang hal ini.[Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67]
Dalam
kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah
menulis di Zabur setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang
berasal dari langit disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan
diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para
pengikutnya.[Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464]
Ayat
kedua
وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى
الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ
الْوارِثِينَ.
Kami
menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan
akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5)
Sesuai
dengan beberapa ungkapan Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para
Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum
tertindas yang dimaksud adalah para pengikut kafilah kebenaran yang terzalimi
yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya
akan terwujud di akhir zaman.[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 239]
Syekh
Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini
berkaitan dengan kita”.[Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111]
Ayat
Ketiga
يا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى
الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ
...
Hai
orang- orang yang beriman, barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, bersikap keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah;
54)
Dalam
tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan
para pengikutnya, merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali
tidak takut terhadap apapun”.[Tafsir Nur Tsaqalain, juz 1, halaman 641]
Ayat
Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي
الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.
Allah
SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh,
bahwa mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi,
sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia
menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan
menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)
Syekh
Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini
berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saaw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi
meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di
atas. Setelah itu beliau berkata,”Demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah
para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia
adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul saaw, jika
usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan
memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan
memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga
dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s.
dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.
Aminul
Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini
dengan penjelasan berikut
ini ”
mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah
janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal
tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita
ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[Majma’ul bayan,
juz 7, halaman 152; Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147]
Ayat
Kelima
هُوَ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah
Zat yang yang telah mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar
untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain,
kendati para musyrik tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)
Dalam
kitab tafsir Kasyful Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat
tersebut adalah baginda Nabi Muhammad saaw, sedang hidayah yang dimaksud dari
ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama
Islam. Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain,
artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah
mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan
datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saaw
pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat
Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari
manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah
terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya
dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan
bangga dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit
kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar
bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa
itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang
telah meninggal dunia kembali lagi...[Kasyful asar, juz, 4, halaman 119-120]
Ayat
Keenam
وَ مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ
جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ
مَنْصُوراً
Barangsiapa
terbunuh secara mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin,
oleh karena itu hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia
akan tertolong. (Isra’; 33)
Huaizi
dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. berkata, "
Maksud dari orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan
kamilah ahli waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan
menuntut darah Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak
akan berakhir selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari
keluarga Muhammad saaw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan
sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[Nur
tsaqalian, juz 3, halaman 163]
Ayat
Ketujuh
بَقِيَّة اللَّهِ خَيْرٌ
لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ...
Simpanan
Tuhan itu lebih baik bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)
Dalam
tafsir Nur Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan,” Seseorang
bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa
menggunakan ungkapan Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada beliau? Imam
menjawab, "Tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk Imam Ali a.s
saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus
aku sampaikan saat mengucapkan salam padanya ? Imam Shadiq a.s. menjawab, Semua
harus mengatakan: السلام عليک يا بقية الله
“Salam atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat
di atas.[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]
Syekh
Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul
Mukiminin Ali a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah
masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah
dipenuhi oleh kezaliman.”[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]
Syekh
Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup
panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang menyinggung
permasalahan Imam Mahdi a.s.itu demikian,” Saat Qaim muncul, dia akan bersandar
kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka ungkapan pertama
yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah Baqiyatullah,
hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap muslim menyalaminya
dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di bumi-Nya.”
[Nur
tsaqalian, juz 2, halaman 390-392]
I.Diriwayatkan
dari Ali bin Abi Thalib a.s., dari Rasulullah Saaw.:
“Sesungguhnya
Islam itu bermula sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing.
Maka berbahagialah orang-orang yang asing.” Seseorang bertanya: “Siapakah
orang-orang yang asing itu, wahai Rasulullah?”
Beliau
menjawab:
"Mereka
itu ialah orang-orang yang berlaku baik ketika masyarakat telah rusak.
Sesungguhnya tidak ada keterlepasan atau keterasingan bagi seorang Mukmin. Tak
ada seorang Mukmin pun yang mati, melainkan para malaikat menangis karena
kasihan kepadanya. Kalaupun mereka tidak menangis untuknya, maka kuburnya akan
diluaskan dengan cahaya yang cemerlang ketika ia diletakkan di tempat kepalanya
terletak.” ”
(silakan
rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip
dari Ja’fariyat wal Asy-Atsiyyat)
II.
Ibnu Majah men-takhrij dalam Sunan-nya, jilid II, dalam bab Al-Fitan, Fitnah
Dajjal, dari Abu Imamah Al-Bahili, katanya:
“Rasulullah
berkhutbah kepada kami, dan sebagian besar khutbah beliau adalah ceritera
mengenai Dajjal, yang terhadapnya beliau memperingatkan kami. Di antara
kata-kata beliau adalah:
"Sungguh,
belum pernah ada cobaan di muka bumi, sejak Allah menciptakan keturunan Adam,
yang lebih besar dari Dajjal. Allah tidak pernah mengutus seorang Nabi, maka
pasti dia memperingatkan umatnya terhadap Dajjal. Aku adalah Nabi yang terakhir
dan kalian adalah umat yang terakhir; dan tak dapat tidak, Dajjal akan keluar di
kalangan kalian.’”
(silakan
rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip
dari Sunan Ibnu Majah)
III.
Imam Ja'far bin Muhammad Al BAqir (AS ) berkata :
“Sesungguhnya
Al-Qa’im kami, apabila ia muncul, maka Allah SWT memanjangkan bagi pengikut
kami daya dengar dan lihat mereka, sehingga antara mereka dengan Al-Qa’im tidak
perlu ada kurir. Dia akan berbicara kepada mereka, dan mereka dapat mendengar
dan melihat kepadanya sedang dia sendiri masih tetap di tempatnya.’”
(Al-Kulainy,
Al-Kafi, jilid VIII, hal 240 – 241)
IV.
Imam Ash-Shadiq a.s berkata :
“Sesungguhnya
orang Mukmin di zaman Al-Qa’im itu, jika dia berada di Timur, dia pasti bisa
melihat saudaranya yang berada di Barat. Demikian pula mereka yang berada di
Barat akan dapat melihat saudaranya yang berada di Timur.”
(Abdullah
Syabr, Haqqul Yakin, jilid I, hal. 229)
V.
Rasulullah saaw bersabda:
“Barangsiapa
yang MATI belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati jahiliyah.”
(Shahih
Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan).
=========
Allahumma shalli wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad ,Allahumma nawwir quluubana bi Muhammad wa Aalihil Ath'har.Allahumma'shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al Qa'im min Aali Muhammad waj'alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim